Tahukah anda, kata kamera yang digunakan
saat ini berasal dari bahasa Arab, yakni qamara? Jauh sebelum
masyarakat Barat menemukan kamera, prinsip-prinsip dasar pembuatan
kamera telah dicetuskan oleh seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun
yang lalu.
Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu
All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham, adalah seorang ilmuwan Muslim
yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan,
dan filsafat. Beliau juga banyak melakukan penyelidikan mengenai cahaya,
dan telah memberikan inspirasi kepada ahli sains barat seperti Boger,
Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.Bapak
fisika modern yang dalam kalangan cerdik pandai di Barat dikenal dengan
nama Alhazen ini lahir di Kota Basrah, Persia pada tahun 354 H atau
tahun 965 Masehi. Sejak kecil al-Haitham dikenal memiliki otak yang
cerdas. Ia menempuh pendidikan pertamanya di tanah kelahirannya.
Beranjak dewasa ia merintis kariernya sebagai pegawai pemerintah di
Basrah. Setelah beberapa lama bekerja dengan pihak pemerintah di sana,
ia memutuskan untuk menimba ilmu ke Ahwaz dan Baghdad.
Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan telah membawanya terdampar
hingga ke Mesir. Selama di Mesir ia mendapatkan kesempatan melakukan
beberapa kerja penelitian mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin
buku-buku mengenai matematika dan falak. Kemudian, Al-Haitham berhasil
menempuh pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan Kekhalifahan
Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, ia mempelajari hingga menguasai
beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri,
pengobatan, fisika, dan filsafat.
Sumber
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang
sangat suka melakukan penelitian. Di laboratoriumnya yang sederhana
namun lengkap di Kota Basra, Irak, Ibnu Haitham melakukan
penelitian-penelitian untuk menetapkan sudut pandang dan sudut pantul,
pembekokan cahaya dalam air dan kaca, serta berbagai posisi bayangan di
atas cermin-cermin datar, cembung, cekung, dan bulatan berbentuk bola.
Dari semua penelitian tersebut, Ibnu Haitham sudah meletakkan
dasar-dasar pembuatan lensa kamera.
Ibnu Haitham juga melakukan
penelitian-penelitian penting dengan kamera obscura bersama Kamaluddin
al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera
obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana
matahari. Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari
kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Teori yang
dipecahkan Al-Haitham itu telah mengilhami penemuan film yang kemudian
disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton.
Penemuan Ibnu Haitham yang paling
terkenal adalah tentang sifat mata yang sebenarnya. Ia berpendapat bahwa
sinar cahaya bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuju kemata.
Benda akan terlihat karena ia memantulkan sinar kedalam mata. Retina
mata adalah tempat penglihatan dan bukan yang mengeluarkan cahaya. Teori
yang dilahirkannya ini mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan
dua ilmuwan Yunani yang benama Euclides dan ptolemaeus berabad-abad
sebelumnya, yang berpendapat bahwa benda terlihat karena memancarkan
cahaya.
Ibnu Haitham dikenal sebagai seorang
yang teliti dan berhati-hati. Secara serius dia mengkaji dan mempelajari
seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori tentang ilmu optik telah
dilahirkan dan dicetuskannya. Ia pun mencetuskan teori tentang berbagai
macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia
juga mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan para saintis
di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia.
Dialah orang pertama yang menulis dan
menemukan berbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia telah
menulis tak kurang dari 200 judul buku. Bukunya yang berjudul ”Kitabul
Manazir” telah memberi ilham bagi perkembangan ilmu optika di masa-masa
kemudian.
Ibnu Haitham dihargai sebagai ilmuwan
optika terbesar sepanjang abad, sejajar dengan Ptolemeus dan Witelo yang
menjadi perintis ilmu optika dunia. Berkat pemikiran-pemikirannya lah
maka ilmu optika mencapai taraf kemajuan yang mencengangkan. Terutama di
abad milenium, ketika benda-benda optika tak terpisahkan dari kebutuhan
hidup manusia modern. Ibnu Haitham meninggal di Kairo, Mesir, pada
tahun 1039.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar