tabloidbintang.com - BELUM lama ini, situs majalah Time membuat daftar “The 10 Most Iconic Hairstyles”.
Dalam daftar yang asyik itu, Time merating 10 tatanan rambut paling dikenang mulai dari gaya rambut kelimis ala Elvis Presley, rambut kimbal Bob Marley, hingga Jennifer Aniston saat di Friends yang bikin iri setiap wanita.
Kami tertarik membuat daftar serupa untuk ukuran negeri ini. Membolak-balik ingatan, dan arsip tabloid ini, disertai diskusi hasilnya didapat 10 gaya rambut paling dikenang yang pantas disebuit ikon di negeri kita.
Anda boleh setuju, boleh tidak. Dan di sinilah asyiknya membuat daftar macam begini. Saya persilakan Anda melihat-lihat sambil terkenang-kenang, mungkin diiringi senyum.
10. Jambul Khatulistiwa Syahrini
Tak dipungkiri, Syahrini telah menambah kosakata pada gaya rambut. Tahun lalu, ia menata rambutnya yang semula tergerai panjang dengan menariknya ke atas. Diikat, lalu disisakan sebuah jambul tinggi di depan. Jambul ini kemudian diberi nama yang kocak dan mudah diingat: Jambul Khatulistiwa. Entah apa hubungannya, yang jelas nama itu begitu melekat di publik. Kita mungkin boleh tak suka pada jambul tersebut, dan Syahrini pun kini sudah tak berjambul lagi, tapi nyatanya Syahrini pernah menciptakan sebuah gaya rambut yang akan terus dikenang.
Tak dipungkiri, Syahrini telah menambah kosakata pada gaya rambut. Tahun lalu, ia menata rambutnya yang semula tergerai panjang dengan menariknya ke atas. Diikat, lalu disisakan sebuah jambul tinggi di depan. Jambul ini kemudian diberi nama yang kocak dan mudah diingat: Jambul Khatulistiwa. Entah apa hubungannya, yang jelas nama itu begitu melekat di publik. Kita mungkin boleh tak suka pada jambul tersebut, dan Syahrini pun kini sudah tak berjambul lagi, tapi nyatanya Syahrini pernah menciptakan sebuah gaya rambut yang akan terus dikenang.
9. Warna Rambut Miranda Goeltom
Apa yang paling mencuri perhatian dari sosok Miranda Goeltom? Yang pertama, tentu rambutnya. Miranda sukses mencitrakan dirinya sebagai wanita bekerja yang “berkuasa”. Wanita yang menjabat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu tampak powerful dan seolah bisa menaklukkan dominasi pria dengan gaya rambut dan busananya. Kita dibuat lupa bahwa Miranda sudah terbilang uzur. Rambutnya yang berwarna memang untuk menyembunyikan uban yang mulai timbul. Sejak helaian uban tumbuh di mahkotanya, Miranda mulai mengecat mahkotanya. Semula dia pilih warna cokelat. Sampai suatu ketika, tahun 1995, anak perempuan Miranda pulang dari Australia membawa sekotak cat rambut bermerek Wella. Tertarik dengan cat rambut sang anak, Miranda pun mencobanya. "Saya pikir warnanya cokelat. Tapi setelah dipakai, ternyata ungu. Jadi itu sebuah kecelakaan," kata Miranda seperti dikutip Tempo suatu kali. Wella, kata Miranda, sudah tak memproduksi cat rambut yang biasa dipakainya. Ia beralih ke merek Napro. Setiap kali ada kerabat atau teman yang ke Australia, Miranda menitip cat rambut itu.
Apa yang paling mencuri perhatian dari sosok Miranda Goeltom? Yang pertama, tentu rambutnya. Miranda sukses mencitrakan dirinya sebagai wanita bekerja yang “berkuasa”. Wanita yang menjabat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu tampak powerful dan seolah bisa menaklukkan dominasi pria dengan gaya rambut dan busananya. Kita dibuat lupa bahwa Miranda sudah terbilang uzur. Rambutnya yang berwarna memang untuk menyembunyikan uban yang mulai timbul. Sejak helaian uban tumbuh di mahkotanya, Miranda mulai mengecat mahkotanya. Semula dia pilih warna cokelat. Sampai suatu ketika, tahun 1995, anak perempuan Miranda pulang dari Australia membawa sekotak cat rambut bermerek Wella. Tertarik dengan cat rambut sang anak, Miranda pun mencobanya. "Saya pikir warnanya cokelat. Tapi setelah dipakai, ternyata ungu. Jadi itu sebuah kecelakaan," kata Miranda seperti dikutip Tempo suatu kali. Wella, kata Miranda, sudah tak memproduksi cat rambut yang biasa dipakainya. Ia beralih ke merek Napro. Setiap kali ada kerabat atau teman yang ke Australia, Miranda menitip cat rambut itu.
8. Rambut Pendek Yuni Shara
Mungil, kecil, cantik tak terperi. Demikian kesan yang timbul saat melihat sosok Yuni Shara. Kekasih Raffi Ahmad ini tak muda lagi. Tapi kecantikan seolah tak hendak sirna meski umurnya terus bertambah. Sedikit banyak hal tersebut akibat kecerdasannya memilih gaya rambut. Rambut pendeknya membuat Yuni tetap terlihat segar dan mempesona. Bahkan lebih mempesona—dan juga terlihat lebih muda—ketimbang adiknya Krisdayanti yang bolak-balik berganti gaya rambut.
7. Kriwil ala Nicholas Saputra di Ada Apa dengan Cinta?
Siapa cowok paling cool untuk ukuran tahun 2000-an? Jawabnya bisa jadi Nicholas Saputra. Penampilan Nico, demikian ia biasa disapa, di film Ada Apa dengan Cinta?(AAdC?, 2002), menjadi dambaan. Bikin cewek kesengsem dan para pria iri. Tengok tampang dinginnya saat adegan menyeberang jalan melihat Cinta (Dian Sastrowardoyo) di mobil dengan cowok lain. Modal tampang sedingin es Nico tak semata bermodalkan tatapan matanya yang tajam. Tapi juga rambut keriting kriwil yang makin bikinsupercool. Saat adegan berlari mengejar pengendara motor yang melempar bom Molotov ke rumahnya, rambutnya berkibar tertiup angin, menambah efek cool pada sosoknya.
Mungil, kecil, cantik tak terperi. Demikian kesan yang timbul saat melihat sosok Yuni Shara. Kekasih Raffi Ahmad ini tak muda lagi. Tapi kecantikan seolah tak hendak sirna meski umurnya terus bertambah. Sedikit banyak hal tersebut akibat kecerdasannya memilih gaya rambut. Rambut pendeknya membuat Yuni tetap terlihat segar dan mempesona. Bahkan lebih mempesona—dan juga terlihat lebih muda—ketimbang adiknya Krisdayanti yang bolak-balik berganti gaya rambut.
7. Kriwil ala Nicholas Saputra di Ada Apa dengan Cinta?
Siapa cowok paling cool untuk ukuran tahun 2000-an? Jawabnya bisa jadi Nicholas Saputra. Penampilan Nico, demikian ia biasa disapa, di film Ada Apa dengan Cinta?(AAdC?, 2002), menjadi dambaan. Bikin cewek kesengsem dan para pria iri. Tengok tampang dinginnya saat adegan menyeberang jalan melihat Cinta (Dian Sastrowardoyo) di mobil dengan cowok lain. Modal tampang sedingin es Nico tak semata bermodalkan tatapan matanya yang tajam. Tapi juga rambut keriting kriwil yang makin bikinsupercool. Saat adegan berlari mengejar pengendara motor yang melempar bom Molotov ke rumahnya, rambutnya berkibar tertiup angin, menambah efek cool pada sosoknya.
6. Rambut Rapi Jali “Si Boy” Onky Alexander
“Siapa tak kenal dia/ Boy anak orang kaya/ Punya teman segudang/ Karena pergaulannya/ Baik budi dan tidak sombong/ Jagoan lagipula pintar/ Oh Boy, cermin anak muda/” Demikian Ikang Fawzi memaparkan siapa Boy (diperankan Onky Alexander) dalam lagunya. Boy tipe pemuda sempurna tanpa cacat. Ia pacaran tapi juga rajin shalat. Sosok Boy berhasil dihidupkan Onky yang memang punya tampang sama sempurnanya seperti karakter Boy. Potongan rambutnya nggak neko-neko. Nggak urakan. Cukup disisir rapi jali. Pendek kata, sempurna. Titik.
“Siapa tak kenal dia/ Boy anak orang kaya/ Punya teman segudang/ Karena pergaulannya/ Baik budi dan tidak sombong/ Jagoan lagipula pintar/ Oh Boy, cermin anak muda/” Demikian Ikang Fawzi memaparkan siapa Boy (diperankan Onky Alexander) dalam lagunya. Boy tipe pemuda sempurna tanpa cacat. Ia pacaran tapi juga rajin shalat. Sosok Boy berhasil dihidupkan Onky yang memang punya tampang sama sempurnanya seperti karakter Boy. Potongan rambutnya nggak neko-neko. Nggak urakan. Cukup disisir rapi jali. Pendek kata, sempurna. Titik.
5. Keriting Meriam Bellina
Meriam Bellina dijuluki “Magma Perfilman Indonesia” oleh mendiang Arifin C. Noer. Saat berbincang dengan Bintang Juli 2010, Mer, sapaannya, sendiri tak tahu mengapa dijuluki demikian. Well, mungkin karena ia mempesona seperti magma yang siap meledak menggoncang bumi. Pesona Mer tak semata wajahnya yang rupawan, tapi juga rambut ikalnya yang dibiarkan mengembang. Di tahun 1980-an lampau setiap wanita tampaknya berlomba mengembangkan rambutnya sebesar mungkin. Untuk soal ini, Mer layak disebut juaranya. Rambut keritingnya tak sekadar mengembang. Diikat bagian belakangnya, lalu bagian depannya dibiarkan mengembang sambil dipadankan dengan dandanan sporty pun Mer tetap cantik menawan. Ah, magma…
Meriam Bellina dijuluki “Magma Perfilman Indonesia” oleh mendiang Arifin C. Noer. Saat berbincang dengan Bintang Juli 2010, Mer, sapaannya, sendiri tak tahu mengapa dijuluki demikian. Well, mungkin karena ia mempesona seperti magma yang siap meledak menggoncang bumi. Pesona Mer tak semata wajahnya yang rupawan, tapi juga rambut ikalnya yang dibiarkan mengembang. Di tahun 1980-an lampau setiap wanita tampaknya berlomba mengembangkan rambutnya sebesar mungkin. Untuk soal ini, Mer layak disebut juaranya. Rambut keritingnya tak sekadar mengembang. Diikat bagian belakangnya, lalu bagian depannya dibiarkan mengembang sambil dipadankan dengan dandanan sporty pun Mer tetap cantik menawan. Ah, magma…
4. Gondrong ala Lupus
“Kalau ada cowok tongkrongannya begini (nyender ke tembok, lengan bersidekap, kaki menyilang santai); dengan enteng ngaku bernama Lupus, tapi tanpa permen karet yang lagi in action ‘gini. Sorry, berarti dia Lupus palsu!” Kalimat itu nyantol di kepala saya sampai sekarang dengan gambaran sosok Lupus yang sedang niup permen karet sambil bersandar ke tembok. Lupus tokoh remaja rekaan Hilman Hariwijaya. Tapi, adalah Wedha, ilustrator majalah Hai paling beken di era 1970-an sampai 1990-an, yang menghidupkan Lupus secara visual dan jadi ikon. Wedha bukan penggambar pertama Lupus (yang pertama melukis Lupus adalah Aries Tanjung, digantikan Wedha karena Aries pindah kantor). Namun, Wedha yang lebih dikenang sebagai penggambar Lupus. Wedha pernah bercerita, menghidupkan sosok Lupus dari tongkrongan pengarangnya. Kepada Wedha, Hilman berujar rambut Lupus ala John Taylor, personel band Duran Duran yang digandrungi remaja tahun 1980-an. Dari sini saja ketahuan, gondrong ala Lupus bukan gondrong sebentuk pemberontakan anti kemapanan, tapi wujud sikap cuek dan bergaya.
“Kalau ada cowok tongkrongannya begini (nyender ke tembok, lengan bersidekap, kaki menyilang santai); dengan enteng ngaku bernama Lupus, tapi tanpa permen karet yang lagi in action ‘gini. Sorry, berarti dia Lupus palsu!” Kalimat itu nyantol di kepala saya sampai sekarang dengan gambaran sosok Lupus yang sedang niup permen karet sambil bersandar ke tembok. Lupus tokoh remaja rekaan Hilman Hariwijaya. Tapi, adalah Wedha, ilustrator majalah Hai paling beken di era 1970-an sampai 1990-an, yang menghidupkan Lupus secara visual dan jadi ikon. Wedha bukan penggambar pertama Lupus (yang pertama melukis Lupus adalah Aries Tanjung, digantikan Wedha karena Aries pindah kantor). Namun, Wedha yang lebih dikenang sebagai penggambar Lupus. Wedha pernah bercerita, menghidupkan sosok Lupus dari tongkrongan pengarangnya. Kepada Wedha, Hilman berujar rambut Lupus ala John Taylor, personel band Duran Duran yang digandrungi remaja tahun 1980-an. Dari sini saja ketahuan, gondrong ala Lupus bukan gondrong sebentuk pemberontakan anti kemapanan, tapi wujud sikap cuek dan bergaya.
3. Konde Ibu Tien Soeharto
Kenapa konde Ibu Tien Soeharto layak disebut ikon tatanan rambut? Well, sepanjang 30 tahun mendampingi Soeharto sebagai Ibu Negara (Ibu Tien wafat 1996, dua tahun sebelum Soeharto lengser), penampilan Ibu Tien menjadi acuan bagi pejabat Orde Baru dari mulai istri Wakil Presiden, istri menteri hingga istri Ketua RT. Kebaya dan sanggul konde menjadi busana wajib acara kenegaraan resmi. Sayang, istri-istri pejabat zaman sekarang tak ada yang mau melestarikan budaya negeri sendiri dengan dandan berkebaya dan berkonde di acara resmi. Mereka kini lebih pas disebut sosialita yang dalam acara resmi lebih suka memamerkan tas mahal atau adu tinggi tatanan rambut yang disasak.
Kenapa konde Ibu Tien Soeharto layak disebut ikon tatanan rambut? Well, sepanjang 30 tahun mendampingi Soeharto sebagai Ibu Negara (Ibu Tien wafat 1996, dua tahun sebelum Soeharto lengser), penampilan Ibu Tien menjadi acuan bagi pejabat Orde Baru dari mulai istri Wakil Presiden, istri menteri hingga istri Ketua RT. Kebaya dan sanggul konde menjadi busana wajib acara kenegaraan resmi. Sayang, istri-istri pejabat zaman sekarang tak ada yang mau melestarikan budaya negeri sendiri dengan dandan berkebaya dan berkonde di acara resmi. Mereka kini lebih pas disebut sosialita yang dalam acara resmi lebih suka memamerkan tas mahal atau adu tinggi tatanan rambut yang disasak.
2. Gondrong ala Ali Topan Anak Jalanan
Pada tahun 1970-an lampau, berambut gondrong adalah wujud pemberontakan. Anti kemapanan. Pemuda gondrong sambil naik motor pasti dicap keren. Tongkrongan begini di antaranya digambarkan lewat novel/film Ali Topan anak Jalanan. Di Ali Topan Anak Jalanan, Ali dan kawan-kawannya mengarungi jalanan dengan motor trail. Filmnya yang rilis 1977 diangkat dari cerita bersambung di majalah Stop pada awal 1970-an karya Teguh Esha. Baik di novel dan filmnya, Ali Topan digambarkan sebagai anak yang dibesarkan di jalanan. Di jalan, dengan motornya, sambil rambutnya dikibas-kibas angin, Ali menemukan jati dirinya.
Pada tahun 1970-an lampau, berambut gondrong adalah wujud pemberontakan. Anti kemapanan. Pemuda gondrong sambil naik motor pasti dicap keren. Tongkrongan begini di antaranya digambarkan lewat novel/film Ali Topan anak Jalanan. Di Ali Topan Anak Jalanan, Ali dan kawan-kawannya mengarungi jalanan dengan motor trail. Filmnya yang rilis 1977 diangkat dari cerita bersambung di majalah Stop pada awal 1970-an karya Teguh Esha. Baik di novel dan filmnya, Ali Topan digambarkan sebagai anak yang dibesarkan di jalanan. Di jalan, dengan motornya, sambil rambutnya dikibas-kibas angin, Ali menemukan jati dirinya.
1. Kribo ala Achmad Albar
Tentu bukan Achmad Albar seorang yang berambut kribo. Pun bukan dia yang pertama memilih model kribo. Di negeri asal gaya rambut kribo, Amerika di tahun 1960-an dan 1970-an, awalnya adalah gerakan persamaan hak bagi warga kulit hitam. Wujudnya adalah pemberintakan pada kemapanan yang ditawarkan kaum kulit putih, rambut harus rapi bergaya bangsawan Eropa. Orang-orang Afro-America yang berkulit legam tak mau diatur begitu. Mereka membiarkan rambut ikal mereka mengembang sebagai wujud kebanggaan atas asal-usul mereka sekaligus pernyataan politik untuk tidak tunduk. Pam Grier, yang mebintangi film-film berjenis tontonan kaum Afro-America atawa blaxploitation di tahun 1970-an adalah ikon bagi jenis rambut ini. Rambut Grier dicatat Time, “big, bold and unforgettable.” Begitupun adanya dengan rambut Achmad Albar. Model rambut kribo begini jadi acuan bagi rocker berambut keriting di tahun 1970-an. Bersama Ucok AKA, Achmad bahkan berkolaborasi dalam musik dan film bertajuk Duo Kribo. Yes, Achmad Albar hair was also big, bold and unforgettable.***
Tentu bukan Achmad Albar seorang yang berambut kribo. Pun bukan dia yang pertama memilih model kribo. Di negeri asal gaya rambut kribo, Amerika di tahun 1960-an dan 1970-an, awalnya adalah gerakan persamaan hak bagi warga kulit hitam. Wujudnya adalah pemberintakan pada kemapanan yang ditawarkan kaum kulit putih, rambut harus rapi bergaya bangsawan Eropa. Orang-orang Afro-America yang berkulit legam tak mau diatur begitu. Mereka membiarkan rambut ikal mereka mengembang sebagai wujud kebanggaan atas asal-usul mereka sekaligus pernyataan politik untuk tidak tunduk. Pam Grier, yang mebintangi film-film berjenis tontonan kaum Afro-America atawa blaxploitation di tahun 1970-an adalah ikon bagi jenis rambut ini. Rambut Grier dicatat Time, “big, bold and unforgettable.” Begitupun adanya dengan rambut Achmad Albar. Model rambut kribo begini jadi acuan bagi rocker berambut keriting di tahun 1970-an. Bersama Ucok AKA, Achmad bahkan berkolaborasi dalam musik dan film bertajuk Duo Kribo. Yes, Achmad Albar hair was also big, bold and unforgettable.***
(ade/ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar